Wednesday, June 29, 2011

SABAR DIKALA SAKIT


Setiap orang pasti pernah mengalami sakit. Rasulullah SAW sendiri mengalami sakit demam berat. Namun begitu Nabi tetap sabar dan tabah. Beliau mengatakan kepada Ibnu Mas’udra, bahwa penyakit yang datang ke dalam tubuh seorang Muslim itu dapat menggugurkan dosa sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.

Dalam waktu lain, Rasulullah menjenguk Salman al-Fahrisi yang Tengah berbaring sakit. Rasulullah bersabda.“Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu dikala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT, doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu.”

Rasulullah pun melarang untuk mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit demam dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda.“Janganlah kamu mencela demam. Karena sesungguhnya demam itu mengikis kesalahan anak cucu Adam sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)




Hikmah Sakit

Dalam sebuah buku yang berjudul Yasalunaka fi al-Dinwa al-Hayat dan dikutip dalam Tabloid Syiar, Dr. Ahmad al-Syurbasi menulis ada lima hikmah dari sakit yang dialami manusia.

Pertama, sakit merupakan kesempatan untuk beristirahat. Kecendrungan manusia saat sehat adalah memperlakukan tubuhnya laksana robot. Ia terus bekerja demi mengejar kenikmatan dan kesenangan materi tanpa henti dan tanpa memperhatikan kesehatan diri sendiri. Ia tidak menyadari bahwa otot-otot yang ada dalam tubuhnya memiliki keterbatasan.

Maka ketika seseorang sakit, ia memperoleh kesempatan untuk beristirahat, sambil melakukan introspeksi dan berpikir untuk memperbaiki pola hidupnya setelah dia sembuh nanti.


Kedua, sakit merupakan pendidikan. Ketika seseorang sakit parah, dia akan memahami betapa mahalnya nilai kesehatan. Ia pun rela mengeluarkan segala yang ia miliki demi kesembuhan penyakitnya.

Ketika seseorang sakit, ia akan meresakan betapa nikmatnya selalu ditemani, dilayani, disediakan makanan, dan yang paling terasa pastinya nikmat dihibur. Maka, setelah sembuh nanti, ia akan tahu apa yang harus ia lakukan ketika orang lain yang sakit.

Ketiga, sakit merupakan teguran atas kesombongan manusia. Ketika sehat, manusia terkadang bertingkah seolah-olah dialah yang paling gagah, paling berkuasa dan paling berpengaruh. Tapi ketika sakit menderanya, segagah apapun manusia, sebesar apapun manusia dan sebesar apapun pengaruhnya, ia tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Ketika itu, ia tidak lebih dari selonggok tulang dan darah yang dibungkus kulit.

Keempat, sakit merupakan kesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh yang saleh, malah orang sejahat apapun ketika sakit parah tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya tidak ringan lagi. Mulutnya tak mampu mencaci maki lagi. Yang ada hanyalah penyesalan dan penyesalan.

Di sampingitu, sakit yang diderita manusia merupakan kesempatan untuk memohon ampun atas dosa-dosanya. Dalam hadits diterangkan.“Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, sakit, kebingungan, kesedihan dan kekhuwatiran hidup, atau bahkan tertusuk duri, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya.(HR. MuttafaqAlaih).


Kelima, sakit merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga dan sosial. Ketika seseorang sakit, kerabat berdekatakan semakin dekat, kerabat jauh akan menjadi dekat dan yang kenalakan semakin akrab.

Ketika seorang anaksakit, orang tua akan semakin sayang dan perhatian terhadap anaknya. Sebaliknya, ketika orang tua sakit, sang anak akan semakin sayang dan hormat kepada orang tuanya.

Alangkah mulianya Allah yang telah meciptakan segala-galanya tanpa sia-sia. Hanya satu sakit yang Dia timpakan kepada manusia. Akan tetapi, begitu banyak kebaikan yang dikandungnya. Kebaikan bagi si sakit yang sabar, kebaikan bagi orang tua dan keluarga yang melayani, kebaikan bagi masyarakat yang berbondong-bondong menjenguk, kebaikan bagi semua doa yang terucap.

Saturday, June 25, 2011

10 Amalan Popular Tetapi Songsang!

Pernahkan anda bermuhasabah atau menilai dan menghitung kembali tentang amalan seharian. Kadang-kadang kita akan dapati amalan kita adalah terbalik atau bertentangan dari apa yang patut dilakukan dan dituntut oleh Islam. Mungkin kita tidak sedar atau telah dilalaikan atau terikut-ikut dengan budaya hidup orang lain.

Perhatikan apa yang dipaparkan dibawah sebagai contoh amalan yang terbalik:-

1. Amalan kenduri arwah beberapa malam yang dilakukan oleh keluarga simati selepas sesuatu kematian (malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh dan seterusnya) adalah terbalik dari apa yang dianjurkan oleh Rasulullah di mana Rasulullah telah menganjurkan jiran tetangga memasak makanan untuk keluarga simati untuk meringankan kesusahan dan kesedihan mereka.

Keluarga tersebut telah ditimpa kesedihan, terpaksa pula menyedia makanan dan belanja untuk mereka yang datang membaca tahlil. Tidakkah mereka yang hadir makan kenduri tersebut khuatir kalau-kalau mereka termakan harta anak yatim yang ditinggalkan oleh simati atau harta peninggalan simati yang belum dibahagikan kepada yang berhak menurut Islam?


Jangan lupa derma ketika ziarah mayat 2. Kalau hadir ke kenduri walimatul urus (kenduri kahwin) orang kerap salam berisi (hadiah wang yang diberi semasa bersalam). Kalau tak ada duit nak dikepit dalam tangan, maka segan ia nak pergi makan kenduri. Tetapi kalau ia menziarah orang mati, tidak segan pula salam tak berisi. Sepatutnya kalau menziarah keluarga si matilah kita patut memberi sedekah. Kalau ke kenduri kahwin, tak bagi pun tak apa kerana tuan rumah panggil untuk diberi makan bukan untuk ia menambah pendapatan.

3. Ketika menghadiri majlis pemimpin negara kita berpakaian cantik kemas dan segak tetapi bila mengadap Allah baik di rumah maupun di masjid, pakaian lebih kurang saja bahkan ada yang tak berbaju. Tidakkah ini suatu perbuatan yang terbalik.

4. Kalau menjadi tetamu di rumah orang dan diberi jamuan, kita rasa segan nak makan, malu-malu kucing kononnya malu dan beradab, sedangkan yang dituntut dibanyakkan makan dan dihabiskan apa yang dihidang supaya tuan rumah rasa gembira dan tidak membazir. Perangai tinggal makanan tak habis dah jadi budaya orang kita.

5. Kalau bersolat sunat di masjid amat rajin, tapi kalau di rumah, sangat malas. Sedangkan sebaik-baiknya solat sunat banyak dilakukan di rumah seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk mengelakkan rasa riak.

6. Bulan puasa adalah bulan mendidik nafsu termasuk nafsu makan yang berlebihan tetapi kebanyakan orang mengaku bahawa dalam carta perbelanjaan setiap rumah orang Islam akan kita dapati perbelanjaan di bulan puasa adalah yang tertinggi dalam setahun. Sedangkan sepatutnya perbelanjaan di bulan puasa yang terendah. Bukankah terbalik amalan kita?



7. Kalau nak mengerjakan haji, kebanyakan orang akan membuat kenduri sebelum bertolak ke Mekah dan apabila balik dari Mekah tak buat kenduri pun. Anjuran berkenduri dalam Islam antaranya ialah kerana selamat dari bermusafir, maka dibuat kenduri, bukan kerana nak bermusafir, maka dibuat kenduri. Bukankah amalan ini terbalik? (Ini mesti ada tujuan lain!!!).

8. Semua ibubapa amat bimbang kalau-kalau anak mereka gagal dalam periksa. Maka dihantarlah ke kelas tuisyen walau pun banyak belanjanya. Tapi kalau anak tak boleh baca Quran atau solat, tak bimbang pula bahkan tak mahu hantar tuisyen baca Quran atau kelas khas mempelajari Islam. Kalau guru tuisyen sanggup dibayar sebulan RM20.00 satu pelajaran 8 kali hadir tapi kepada Tok Guru Quran nak bayar RM15.00 sebulan 20 kali hadir belajar pun menggeletar tangan. Bukankah terbalik amalan kita? Kita sepatutnya lebih bimbang jika anak tidak dapat baca Al Quran atau bersolat dari tidak lulus periksa.



9. Kalau bekerja mengejar rezeki Allah tak kira siang malam, pagi petang, mesti pergi kerja. Hujan atau ribut tetap diharungi kerana hendak mematuhi peraturan kerja. Tapi ke rumah Allah (masjid) tak hujan, tak panas, tak ribut pun tetap tak datang ke masjid. Sungguh tak malu manusia begini, rezeki Allah diminta tapi nak memperhambakan diri padaNya segan dan malas.

10. Seorang isteri kalau nak keluar rumah samada dengan suami atau tidak, bukan main lagi berhias. Tetapi kalau duduk di rumah, masyaAllah, kain hamis berbau. Sedangkan yang dituntut seorang isteri itu berhias untuk suaminya, bukan berhias untuk orang lain. Perbuatan amalan yang terbalik ini membuatkan rumahtangga kurang bahagia.

Cukup dengan contoh-contoh di atas. Marilah kita berlapang dada menerima hakikat sebenarnya. Marilah kita beralih kepada kebenaran agar hidup kita menurut landasan dan ajaran Islam yang sebenar bukan yang digubah mengikut selera kita.

Allah yang mencipta kita maka biarlah Allah yang menentukan peraturan hidup kita.

Sabda Rasullullah SAW: "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat." (Riwayat Bukhari)

Wednesday, June 22, 2011

Hati seorang Ayah

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, Tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya
Yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, Disertai suara batuk-batuknya.


Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya
"Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?"Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.

Si ayah menjawab : "Sebab aku lelaki."

Anak perempuan itu berkata sendirian : "Aku tidak mengerti". Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan.

Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki."

Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.

Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab:
"Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."

Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga kasih tercari-cari jawapan, mengapa wajah ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi membongkok?

Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimah sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindung."

"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya".

"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya".

"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat di mana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknyaagar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-anaknya."

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun duka,walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya."

"Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga (seri/penyokong), agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.

"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."

p/s: Bila ayah anda masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat hatinya gembira. Bila ayah anda telah tiada, jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Allah selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya. Amin

Sunday, June 19, 2011

░C░O░U░P░L░E░░I░T░U░░Z░I░N░A░?░?░


Keterangan: Ikuti dialog oleh satu pasangan yang sedang berkhalwat tertangkap oleh seorang
ustaz. Hayatilah intisari dialog ini, dan muhasabahlah diri kita masing-masing.

Pelajar: Kami tidak berzina!

Ustaz: Maaf, saya tidak menuduh awak berzina tetapi awak menghampiri zina.

Pelajar: Kami hanya berbual-bual, berbincang, bertanya khabar, minum-minum adakah itu menghampiri zina?

Ustaz: Ya, perbuatan ini menjerumus pelakunya ke lembah perzinaan.

Pelajar: Kami dapat mengawal perasaan dan kami tidak berniat ke arah itu.

Ustaz: Hari ini, ya. Besok mungkin kamu kecundang. Kamu dalam bahaya. Jangan bermain dengan bahaya. Iblis dan syaitan akan memerangkap kamu. Sudah banyak tipu daya iblis yang mengena sasaran. Iblis amat berpengalaman dan tipu dayanya amat halus. Ia telah menipu nenek moyang kita yang pertama, Adam dan Hawa. Jangan pula lupa. Siapalah kita berbanding Adam dan Hawa? Ia ada lebih 1001 cara. Ingat pesanan Rasulullah S.A.W.: “Janganlah engkau bersendirian dengan seorang wanita kecuali ketiganya adalah syaitan.” (Riwayat Tabrani). Syaitan akan menghembus perasaan berahi, kita lemah untuk menghadapi tipu daya iblis.

Pelajar: Tidak semestinya semua orang bercinta menjurus kepada penzinaan. Ada orang bercinta dalam telefon dan hantar SMS sahaja. Tak pernah bersua muka pun.

Ustaz: Betul. Itu adalah salah satu yang dimaksudkan dengan menghampiri zina. Memang pada awalnya tidak bersua muka, tapi perasaan pasti bergelora. Lambat laun desakan nafsu dan perasaan serta hasutan iblis akan mengheret kepada suatu pertemuan. Pertemuan pertama tidak akan terhenti di situ sahaja, percayalah, ia akan berlanjutan dan berterusan. Tidakkah itu boleh membawa kepada penzinaan akhirnya?

Pelajar: Takkan nak berbual-bual pun tak boleh? Itu zina juga ke?

Ustaz: Zina ada bermacam-macam jenis dan peringkatnya, ada zina betul, ada zina tangan (berpegang-pegangan), ada zina mata (melihat kekasihnya dengan perasaan berahi). Melihat auratnya juga zina mata. Zina hati iaitu khayalan berahi dengan kekasih sepertimana yang dinyatakan oleh Rasulullah S.A.W.: “Kedua-dua tangan juga berzina dan zinanya adalah menyentuh. Kedua kakinya juga berzina dan zinanya adalah berjalan (menuju ke tempat pertemuan). Mulut juga berzina dan zinanya ialah ciuman.” (Muslim dan Abu Daud). Sebenarnya jalan dan lorong menuju kepada penzinaan amat banyak. Jangan biarkan diri kita berada atau melalui mana-mana jalan atau lorong yang boleh membawa kepada penzinaan.

Pelajar: Duduk berdiskusi pelajaran tak boleh ke? Bincang pelajaran sahaja!

Ustaz: Berdiskusi pelajaran, betul ke? Jangan tipu. Allah tahu apa yang terselit dalam hati hamba-hambanya. Kita belajar nak keberkatan. Kalau cemerlang sekali pun, kalau tak diberkati Allah, kejayaan tidak akan membawa kebahagiaan. Hidup tidak bahagia, akhirat lebihlah lagi. Jangan berselindung disebalik pelajaran yang mulia. Allah suka kepada orang yang berilmu. Jadi belajar hendaklah ikut batas dan ketentuan Allah. Belajar akan jadi ibadat. Adakah berdiskusi macam ini akan ditulis ibadat oleh malaikat Raqib dan Atiq?


Pelajar: Sungguh! Bincang pelajaran sahaja. Ni study group.

Ustaz: Study group? nampak macam lain macam saja. Manja, senyum memanjang, tak macam gaya berdiskusi. Takkan study group berdua sahaja? Ke mana-mana pun berdua. Kalau ye pun carilah study group ramai-ramai sedikit. Kalau duduk berdua-dua macam ini.. betul ke bicang pelajaran? Jangan-jangan sekejap saja bincang pelajaran, yang lain tu banyak masa dihabiskan dengan fantasi cinta!

Pelajar: Tidaklah. Sungguh berbincang pelajaran.

Ustaz: Baik sungguh awak berdua. Takkan awak berdua tak perasan apa-apa? Awak kurang sihat ke? Ingat, kita bukan malaikat, tak ada nafsu. Kita manusia. Jangan nafikan fitrah manusia. Kita ada nafsu, ada keinginan. Itulah manusia.

Pelajar: Kami sama-sama belajar, study group, saling memberi semangat dan motivasi.

Ustaz: Tak adakah kaum sejenis yang boleh dijadikan rakan belajar? Habis sudahkah kaum sejenis yang boleh memberikan motivasi? Jangan hina kaum sejenis. Ingat banyak orang cemerlang yang belajar hanya dengan kaum sejenis. Lebih tenang perasaan, tidak terganggu, dapat berkat dan rahmat pula.

Pelajar: Takkanlah tak ada langsung ruang yang dibenarkan dalam islam untuk bercinta? Adakah islam membunuh terus naluri cinta?

Ustaz: Naluri adalah sebahagian daripada kesempurnaan kejadian manusia. Naluri ingin memiliki dan suka kalau dimiliki (sense of belonging) adalah fitrah. Kalau naluri tidak wujud pada diri seseorang, tak normal namanya. Islam bukan datang untuk membunuh naluri seperti yang dilakukan oleh para paderi atau sami. Jangan nafikan naluri ini. Jangan berbohong pada diri sendiri. Bukan salah dan berdosa kalau perasaan itu datang tanpa diundang. Itu adalah fitrah. Maka tundukkan naluri itu untuk patuh pada perintah Allah. Jadilah manusia yang sihat pada nalurinya. Jangan jadi malaikat! kerana Allah ciptakan kita sebagai manusia. Dunia dan segala isinya akan hambar tanpa naluri nafsu.

Pelajar: Tentu ada cinta secara Islam.

Ustaz: Cinta secara islam hanya satu iaitu perkahwinan. Cinta berlaku setelah ijab qabul; cinta lepas kahwin. Itulah cinta sakral dan qudus. Cinta yang bermaruah. Bukan cinta murahan. Inilah kemuliaan agama kita, Islam. Apabila Islam melarang cinta antara lelaki dan wanita sebelum kahwin, ia membawa kepada sesuatu sebagai ganti yang lebih baik iaitu perkahwinan. Sabda Rasulullah S.A.W.: “Tidak ada yang lebih patut bagi dua orang yang saling mencintai kecuali nikah.” (Ibni Majah). Cinta adalah maruah manusia. Ia terlalu mulia.

Pelajar: Kalau begitu, cinta semua menghampiri kepada penzinaan?

Ustaz: Ya, kalau lelaki dan perempuan bertemu tentu perasaan turut terusik. Kemudian perasaan dilayan. Kemudian teringat, rindu. Kemudian aturkan pertemuan. Kemudian duduk berdua-dua. Kemudian mencari tempat sunyi sedikit. Kemudian berbual panjang sehingga malam gelap. Hubungan makin akrab, dah berani pegang tangan, duduk makin dekat. Kalau tadi macam kawan, sekarang macam pengantin baru. Bukankah mereka semakin hampir dan dekat dengan penzinaan? Penghujung jalan cinta adalah penzinaan dan kesengsaraan. Kasihanilah diri dan ibu bapa yang melahirkan kita dalam keadaan putih bersih tanpa noda seekor nyamuk sekalipun!

Pelajar: Masih ramai orang yang bercinta tetapi tetap selamat, tidak sampai berzina. Kami tahan diuji.

Ustaz: Allah menciptakan manusia. Dia tahu kekuatan dan kelemahan manusia. Manusia tidak tahan ujian. Oleh itu, Allah memerintahkan supaya diri menjauhi perkara yang ditegah. Takut manusia kecundang.

Pelajar: Jadi manusia itu tak tahan diuji?

Ustaz: Kita manusia dari keturunan Adam dan Hawa, sejak awal penciptaan manusia, Allah telah mengingatkan manusia bahawa mereka tidak tahan dengan ujian walaupun kecil. Allah takdirkan satu peristiwa untuk iktibar manusia. Allah tegah Adam dan Hawa supaya jangan makan buah Khuldi dalam syurga. Allah tahu kelemahan pada ciptaan manusia. Tak tahan diuji. Oleh itu, Allah berpesan pada Adam dan Hawa, jangan hampiri pokok Khuldi. Firman Allah S.W.T.: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isterimu di dalam syurga serta makanlah dari makanannya sepuas-puasnya, apa sahaja yang kamu berdua sukai dan jangan hampiri pokok ini, (Jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari orang-orang yang zalim.” (Al-A’araf:ayat 19). Tegahan yang sebenarnya adalah memakan buah Khuldi. Tetapi Allah tahu sifat dan kelemahan Adam dan Hawa. Jika menghampiri perkara yang ditegah, takut nanti mereka akan memakannya kerana mereka tidak dapat mengawal diri. Demikianlah dengan zina. Ditegah zina. Maka jalan ke arah penzinaan juga dilarang. Takut apabila berhadapan dengan godaan penzinaan, kedua-duanya kecundang. Cukuplah kita belajar daripada pengalaman nenek moyang kita Adam dan Hawa.

Pelajar: Tetapi cinta lepas kahwin banyak masalah. Kita tak kenal pasangan kita secara dekat. Bercinta adalah untuk mengenali hati budi pasangan sebelum membuat keputusan sebelum berkahwin.


Ustaz: Boleh percaya dengan perwatakan masa sedang bercinta? Bercinta penuh dengan lakonan yang dibuat-buat dan kepura-puraan. Masing-masing akan berlakon dengan watak yang terbaik. Penyayang, penyabar, pemurah dan pelbagai lagi. Masa bercinta adalah alam lakonan semata-mata. Masa bercinta, merajuk ada yang akan pujuk. Jangan haraplah lepas kahwin bila merajuk ada yang memujuk. Banyak orang yang kecewa dan tertipu dengan keperibadian pasangan semasa bercinta. Perangai jauh berbeza. Macam langit dan bumi. Masa bercinta, dia seorang yang amat penyayang, sabar tunggu pasangan terlambat berjam-jam. Tapi bila dah kahwin lewat 5 minit dah kene tengking. Jadi, perwatakan masa bercinta adalah suatu kepuraan yang hipokrit.

Pelajar: Percayalah kami bercinta demi merancang kebahagiaan hidup nanti.

Ustaz: Bagaimana diharap kebahagiaan jika tidak mendapat redha Allah? Kebahagiaan adalah anugerah Allah kepada hamba-hambanya yang terpilih. Kebahagiaan bukan ciptaan manusia. Manusia hanya merancang kebahagiaan. Allah yang akan menganugerahkannya. Bagaimana mendapat anugerah kebahagiaan itu jika jalan mencapainya tidak diredhai Allah. Kebahagiaan hidup berumah tangga mestilah melalui proses yang betul. Sudah tentu prosesnya bukan cinta sebegini. Allah tidak meredhai percintaan ini. Cinta yang diredhai, cinta selepas kahwin. Bagaimana untuk mendapat keluarga yang bahagia jika langkah memulakannya pun sudah canggung. Bagaimana kesudahannya?

Pelajar: Tanya sikit adik angkat, kakak angkat, abang angkat boleh ke? Ganti bercinta.

Ustaz: Semua itu adalah perangkap syaitan. Hakikatnya sama. Cinta yang diberi nafas baru. Kulitnya nampak berlainan, tapi isinya sama. Adik, abang, kakak angkat adalah suatu bentuk tipu daya iblis dan syaitan. Manusia yang terlibat dalam budaya “angkat” ini sebenarnya telah masuk ke dalam perangkap syaitan. Cuma menunggu masa untuk dikorbankan.

Pelajar: Jadi seolah-olah orang yang bercinta telah hilang maruah diri?

Ustaz: Mengukur maruah diri bukan ditentukan oleh manusia tetapi oleh Pencipta manusia. Sebab ukuran manusia sering berbeza-beza. Orang yang sedang mabuk bercinta mengatakan orang yang bercinta tidak menjejaskan apa-apa maruah dirinya. Manakala bagi orang yang menjaga diri, tidak mahu terlibat dengan cinta sebelum kahwin akan mengatakan orang yang bercinta sudah tidak bermaruah. Cintanya ditumpahkan kepada orang yang belum layak menerima cinta suci. Kalau begitu ukuran maruah atau tidak ditentukan oleh Allah.

Pelajar: Adakah orang yang bercinta hilang maruah?

Ustaz: Antara kemuliaan manusia ialah maruah dirinya. Orang yang bercinta seolah-olah cuba menggadaikan maruahnya kerana mereka sedang menghampiri penzinaan. Manakala orang yang bercinta dan pernah berzina tidak layak berkahwin kecuali dengan orang yang pernah berzina juga. Mereka tidak layak untuk berkahwin dengan orang yang beriman. Allah berfirman: “Lelaki yang berzina(lazimnya) tidak ingin berkahwin melainkan dengan perempuan yang berzina atau perempuan musyrik; dan perempuan yang berzina itu pula(lazimnya) tidak ingin berkahwin dengannya melainkan oleh lelaki yang berzina atau lelaki musyrik.Dan perkahwinan yang demikian terlarang kepada orang-orang yang beriman.” (Surah an-Nur:Ayat3). Jadi orang yang pernah bercinta juga tidak sesuai untuk berkahwin dengan orang yang tidak pernah bercinta. Tidakkah itu suatu penghinaan dari Tuhan.

Pelajar: Jadi orang yang bercinta hanya layak berkahwin dengan orang pernah bercinta?

Ustaz: Itulah pasangan yang layak untuk dirinya kerana wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik.

Pelajar: Kami telah berjanji untuk sehidup semati.

Ustaz: Apa yang ada pada janji cinta? Berapa banyak sudah janji cinta yang musnah? Lelaki, jangan diharap pada janji lelaki. Mereka hanya menunggu peluang keemasan sahaja. Habis madu, sepah dibuang. Pepatah itu diungkap kerana ia sering berulang sehingga menjadi pepatah.

Pelajar: Masihkah ada orang yang tidak bercinta pada zaman ini?

Ustaz: Ya, masih ada orang yang suci dalam debu. Golongan ini sentiasa ada walaupun jumlah mereka kecil. Mereka akan bertemu suatu hari nanti. Mereka ada pasangannya. Firman Allah S.W.T.: “Dan orang-orang lelaki yang memelihara kehormatannya serta orang-orang perempuan yang memelihara kehormatannya (yang memelihara dirinya daripada melakukan zina) Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab:ayat 35).

Pelajar: Bagaimana kami?

Ustaz: Kamu masih ada peluang. Bertaubatlah dengan taubat nasuha. Berdoalah serta mohon keampunan dariNya. Mohonlah petunjuk dan kekuatan untuk mendapat redhaNya.

Pelajar: Kami ingin mendapat redha Tuhan. Tunjukkan bagaimana taubat nasuha.

Ustaz: Taubat yang murni. Taubat yang sebenar-benarnya. Taubat yang memenuhi 3 syarat:1.Tinggalkan perbuatan maksiat. Putuskan hubungan cinta yang tidak diredhai Allah ini.2.Menyesal. Menginsafi diri atas tindak tanduk hidup yang menjurus diri dalam percintaan.3.Berazam. Bertekad di dalam hati tidak akan bercinta lagi dengan sesiapa kecuali dengan seseorang yang bernama isteri atau suami. Saatnya adalah setelah ijab Kabul.

Pelajar: Ya Allah. Hambamu telah tersesat jalan. Ampunilah dosa-dosa hambamu ini. Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Berilah kekuatan kepadaku untuk menghadapi godaan keremajaan ini. Anugerahkan kepadaku perasaan benci kepada maksiat. Hiasilah diriku dengan akhlak yang mulia. Ibu dan ayah, anakmu berdosa. Engkau jagaku sedari kecil dengan kasih sayang. Mengapa kucurahkan kasihku kepada orang lain. Oh tuhan, hambamu yang berdosa. Amin, Ya Rabb.

Ustaz: Moga Allah terima taubatmu.

Pelajar: Kita berpisah kerana Allah, kalau ada jodoh tidak ke mana.

Ustaz: Ya Allah, bantulah mereka. Kini mereka datang ke pintuMu, mencari redhaMu, terimalah taubat mereka..

Wednesday, June 15, 2011

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan


Ketahuilah wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan.

Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.

{Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.}(QS. Al-Maidah: 52)



Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah.
Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepat kelebatan cahaya-dan kedipan mata.

Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan
segera tiba.

Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan.

Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan segera putus.

Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.

Kobaran api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu, karena pertolongan Ilahi membuka "jendela" seraya berkata:
{Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.}
(QS. Al-Anbiya': 69)

Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s). Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah, {Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.}
(QS. Asy-Syu'ara:: 62)

Berhentilah Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.


"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.


"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau."