Wednesday, June 29, 2011

SABAR DIKALA SAKIT


Setiap orang pasti pernah mengalami sakit. Rasulullah SAW sendiri mengalami sakit demam berat. Namun begitu Nabi tetap sabar dan tabah. Beliau mengatakan kepada Ibnu Mas’udra, bahwa penyakit yang datang ke dalam tubuh seorang Muslim itu dapat menggugurkan dosa sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.

Dalam waktu lain, Rasulullah menjenguk Salman al-Fahrisi yang Tengah berbaring sakit. Rasulullah bersabda.“Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu dikala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT, doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu.”

Rasulullah pun melarang untuk mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit demam dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda.“Janganlah kamu mencela demam. Karena sesungguhnya demam itu mengikis kesalahan anak cucu Adam sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)




Hikmah Sakit

Dalam sebuah buku yang berjudul Yasalunaka fi al-Dinwa al-Hayat dan dikutip dalam Tabloid Syiar, Dr. Ahmad al-Syurbasi menulis ada lima hikmah dari sakit yang dialami manusia.

Pertama, sakit merupakan kesempatan untuk beristirahat. Kecendrungan manusia saat sehat adalah memperlakukan tubuhnya laksana robot. Ia terus bekerja demi mengejar kenikmatan dan kesenangan materi tanpa henti dan tanpa memperhatikan kesehatan diri sendiri. Ia tidak menyadari bahwa otot-otot yang ada dalam tubuhnya memiliki keterbatasan.

Maka ketika seseorang sakit, ia memperoleh kesempatan untuk beristirahat, sambil melakukan introspeksi dan berpikir untuk memperbaiki pola hidupnya setelah dia sembuh nanti.


Kedua, sakit merupakan pendidikan. Ketika seseorang sakit parah, dia akan memahami betapa mahalnya nilai kesehatan. Ia pun rela mengeluarkan segala yang ia miliki demi kesembuhan penyakitnya.

Ketika seseorang sakit, ia akan meresakan betapa nikmatnya selalu ditemani, dilayani, disediakan makanan, dan yang paling terasa pastinya nikmat dihibur. Maka, setelah sembuh nanti, ia akan tahu apa yang harus ia lakukan ketika orang lain yang sakit.

Ketiga, sakit merupakan teguran atas kesombongan manusia. Ketika sehat, manusia terkadang bertingkah seolah-olah dialah yang paling gagah, paling berkuasa dan paling berpengaruh. Tapi ketika sakit menderanya, segagah apapun manusia, sebesar apapun manusia dan sebesar apapun pengaruhnya, ia tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Ketika itu, ia tidak lebih dari selonggok tulang dan darah yang dibungkus kulit.

Keempat, sakit merupakan kesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh yang saleh, malah orang sejahat apapun ketika sakit parah tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya tidak ringan lagi. Mulutnya tak mampu mencaci maki lagi. Yang ada hanyalah penyesalan dan penyesalan.

Di sampingitu, sakit yang diderita manusia merupakan kesempatan untuk memohon ampun atas dosa-dosanya. Dalam hadits diterangkan.“Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, sakit, kebingungan, kesedihan dan kekhuwatiran hidup, atau bahkan tertusuk duri, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya.(HR. MuttafaqAlaih).


Kelima, sakit merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga dan sosial. Ketika seseorang sakit, kerabat berdekatakan semakin dekat, kerabat jauh akan menjadi dekat dan yang kenalakan semakin akrab.

Ketika seorang anaksakit, orang tua akan semakin sayang dan perhatian terhadap anaknya. Sebaliknya, ketika orang tua sakit, sang anak akan semakin sayang dan hormat kepada orang tuanya.

Alangkah mulianya Allah yang telah meciptakan segala-galanya tanpa sia-sia. Hanya satu sakit yang Dia timpakan kepada manusia. Akan tetapi, begitu banyak kebaikan yang dikandungnya. Kebaikan bagi si sakit yang sabar, kebaikan bagi orang tua dan keluarga yang melayani, kebaikan bagi masyarakat yang berbondong-bondong menjenguk, kebaikan bagi semua doa yang terucap.

No comments:

Post a Comment